Sampah plastik kini sedang menjadi topik bahasan yang cukup hangat apalagi perihal
menumpuknya limbah tersebut di darat maupun lautan. Satu hal yang tidak bisa dipungkiri
adalah bagaimana keberadaan plastik sudah kian melekat pada kehidupan manusia sehingga
sulit untuk mengkampanyekan produk baru selain plastik. Selain itu, usaha yang diberikan
pihak yang bertanggung jawab atas polutan plastik dunia belum menunjukan hasil yang
maksimal.
Menurut survei tahunan yang dilakukan oleh Break Free from Plastic, Coca-cola menjadi
salah satu perusahaan multinasional yang bertanggungjawab dalam jumlah polusi plastik
dunia. Di mana beberapa nama besar seperti Pepsi dan Nestle menjadi perusahaan yang
turut andil dalam kemunduran ini. Sebagaimana yang kita ketahui sebelumnya bahwa
Coca-cola selama beberapa tahun terakhir mulai mengusung program daur ulang dan
meminimalisir produksi plastik baru agar bisa memiliki dampak yang cukup signifikan di
tahun 2030 nantinya. Dengan angka tidak lebih dari 50 persen nantinya dalam penggunaan
plastik.
Beberapa pengamat lingkungan mengecap Coca-cola melakukan “greenwashing”, dengan
menanamkan ide di masyarakat seolah-olah perusahaan tersebut memiliki andil yang besar
dalam membantu ekosistem lingkungan. Di mana pernyataan ini pun dilakukan bukan tanpa
sebab.
Greenwashing Melalui Produk Berlabel “Bio-Plastic”
Masalah polusi plastik memang akan selalu memiliki hambatan yang besar dan tidak ada
acara yang benar-benar efektif dalam penerapannya. Seperti yang sudah dibahas pada
artikel-artikel sebelum, dari sekian juta ton sampah plastik, hanya 9 persen dari total
keseluruhan yang berhasil didaur ulang. Angka ini tentu terdengar menyedihkan mengingat bahwa perusahaan seperti Coca-cola menghasilkan setidaknya 3.400 botol plastik setiap detiknya.
Lebih daripada itu, langkah Coca-cola untuk menaruh label “bioplastic” pada botol-botol
kemasannya dinilai menipu masyarakat karena akan membuat konsumen merasa tidak
bersalah dengan menggunakan produk dari Coca-cola. Padahal kenyataannya plastik yang
digunakan selama produksi minuman ini pun tetap sama seperti yang biasa digunakan.
Kemunduran Besar Melalui Langkah Yang Tidak Signifikan
Kemunduran lainnya yang ditemukan dari Coca-cola adalah bagaimana langkah mereka
dalam mengurangi produksi plastik justru ditunjukan dengan membuat kemasan yang lebih
kecil dengan embel-embel pengurangan produksi plastik. Hal ini menjadi sorotan Emma
Priestland, sebagai Koordinator Kampanye Korporat dari Break Free from Plastic. Di mana
menurutnya langkah ini merupakan kemunduran luar biasa dari produk Coca-cola dan
usahanya dalam meminimalisir plastik.
Beberapa tanggapan juga muncul dengan melihat bahwa dedikasi Coca-cola sebagai
perusahaan multinasional belum ditunjukan dengan maksimal. Sementara Coca-cola
berusaha mereduksi penggunaan plastik di tahun 2030 hanya hingga 50 persen, di sisi lain
Evian sebagai produk air mineral kemasan berencana mereduksi hingga 100 persen di 2030
mendatang.