Peluang Industri Bisnis Dengan Sistem Sirkular Ekonomi
Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil baru-baru ini memposting fakta terkait manfaat konsep sirkular ekonomi melalui akun twitternya. Beliau mengatakan bahwa konsep sirkular ekonomi atau circular economy merupakan siklus perputaran dari sampah yang dikumpulkan, kemudian didaur ulang oleh sebuah teknologi canggih untuk selanjutnya diproses menjadi produk yang sama persis. Jadi produk tersebut bisa dipakai kembali oleh konsumen. Perputaran siklus ini akan menghentikan sampah yang mengotori lautan.
Bisnis daur ulang plastik kian gencar didukung oleh pemerintah Indonesia dengan tujuan zero waste lifestyle (gaya hidup nol sampah). Zero waste dapat dilakukan dengan menerapkan 6 pilar utama; yaitu pikir kembali (rethink), menolak (refuse), mengurangi (reduce), pakai kembali (reuse), daur ulang (recycle), dan manufaktur ulang (remanufacture). Menyerap tujuan utama tersebut, sistem sirkular ekonomi akan berhasil jika ada keterlibatan seluruh pihak mulai dari masyarakat, pemerintah, komunitas, media, dan pemain industri.
Ridwan Kamil menambahkan, industri daur ulang plastik yang menerapkan sistem sirkular ekonomi sangat membawa dampak positif tidak hanya bagi lingkungan, tapi juga bagi perekonomian daerah. Bahkan pelestari / pengumpul sampah botol plastik ada yang berpenghasilan 5 – 10 juta per bulan. Keberhasilan ini dimulai oleh sebuah perusahaan daur ulang plastik botol yang berlokasi di Padalarang, Jawa Barat. Penasaran akan kisah inspiratifnya? Yuk intip perjalannya!
PT. Namasindo Plas – Daur Ulang Plastik PET Di Jawa Barat
Pertama-tama mari berkenalan dengan PT Namasindo Plas, salah satu pabrik yang dapat memproduksi biji plastik daur ulang PET atau RPET (Recycled Polyethilane Terephtalate) berlokasi di kota Padalarang, Jawa Barat. Berdiri sejak 2001, Namasindo Plas fokus terhadap spesialisasinya memproduksi botol galon, tutup botol galon, serta hanger botol. Mempelopori kemasan plastik ramah lingkungan, Namasindo Plas telah menjalankan 70% bisnisnya secara sirkular. Saat ini seluruh kemasan produk botol menggunakan bahan baku palstik daur ulang hingga mencapai 25% dan ditargetkan akan terus meningkat hingga mencapai 50%.
Bukti keberhasilan daur ulang plastik oleh Namasindo Plas tercatat bahwa sejak tahun 2018, perusahaan ini berkolaborasi dengan Danone-AQUA Indonesia untuk memasok kemasan botol plastik AQUA untuk ukuran 1.1 liter dan 600 ml, semuanya berbahan dasar plastik RPET. Bahan biji plastik daur ulang mereka dapatkan dari 60 ton sampah plastik dari Pulau Bali yang setiap minggunya dikirimkan ke Jawa Barat untuk diolah kembali dengan lima tahap daur ulang menggunakan teknologi mesin canggih menjadi botol mineral layak pakai.
Parongpong – Perusahaan Manajemen Daur Ulang Sampah Asal Desa Parongpong
Kisah inspiratif selanjutnya datang dari Rendy Aditya Wachid, pendiri perusahaan manajemen daur ulang sampah yang bernama Parongpong, berlokasi di desa Parongpong, Jawa Barat. Rendy ialah seorang petani organik, pengusaha, dan dosen universitas yang tinggal di sebuah desa kecil bernama Parongpong. Selain mengingatkan akan kampung halamannya, ‘Parongpong’ sendiri dalam Bahasa Sunda artinya nol, tidak ada, dan kosong (zero, nothing, empty). Arti nama ini ternyata melatar belakangi visi perusahaan untuk menciptakan Zero Waste High Performance Habitat atau Habitat Kinerja Tinggi Tanpa Limbah yang ditargetkan akan tercapai di tahun 2022.
Berdiri sejak tahun 2017, Parongpong punya konsentrasi daur ulang sampah dengan fokus pengelolaan residu. Residu adalah sampah yang tidak punya nilai ekonomis lagi. Analoginya, jika industri daur ulang seperti plastik, kertas, dll bisa mereduksi sampah sampai 90%, sisa 10%-nya berupa residu akan dikelola oleh Parongpong. Residu tersebut akan di-remanufacture menjadi sedotan stainless, sikat pembersih, sendok, garpu, sedotan bambu, pensil, sumpit kayu, dan masih banyak lagi. Anda bisa menemukan produk olahannya di Tokopong.
Kala gencar-gencarnya pemilu tahun 2019, Parongpong mengadakan proyek “The Trash Bag Project”. Tujuannya adalah daur ulang spanduk bekas pemilu untuk dijadikan trashbag.
Program lainnya adalah “Scrap to Crop”, yaitu gerakan mengajak masyarakat untuk menukarkan sampah botol plastik dengan hadiah sayuran segar. Parongpong menjemput sampah plastik tersebut dari tangan pertama, lalu sampah plastik yang terkumpul akan dicacah dengan mesin dan dijadikan benang-benang filament. Produk olahan dari benang filament dapat berupa gantungan kunci, action figure, dan furniture rumah tangga.
Teranyar tahun 2021, Parongpong bekerjasama dengan PT Kimberly-Clark Softex akan mendaur ulang popok bayi untuk dijadikan material bahan konstruksi bangunan. Inisiasi ini lagi-lagi diapresiasi oleh Ridwan Kamil melalui akun twitternya. Kang Emil menambahkan, masyarakat tidak perlu lagi khawatir mengenai logistik pengiriman limbah plastik / popok bayi bekas. Sekarang sudah ada aplikasi yang melayani jasa penjemputan dan pembelian limbah / popok bekas bernama “Octopus” yang dimotori oleh aktivis Hamish Daud.